Saat ini, Smartphone adalah salah satu alat teknologi informasi wajib bagi kalangan anak muda. Dengan Smartphone akan terhubung dengan internet. Manfaat Teknologi Informasi dari tahun ke tahun sangatlah terasa. Bahkan Teknologi Informasi seperti suatu cara yang wajib ada dalam kehidupan sehari-hari. Segala jenis informasi bisa didapatkan hanya dari sebuah genggaman smartphone.
Jika kita menilik pada perjuangan R.A Kartini tentang persamaan gender, maka teknologi informasi seperti bom besar yang menguntungkan bagi wanita untuk lebih maju dan pintar. Dalam konteks ini, penulis mengambil contoh kehidupan mahasiswi. Lalu, sudahkah mereka menggunakan smartphone dengan baik dan benar?
Mari kita menengok sedikit ke belakang mengenai penggunaan teknologi informasi dengan buruk. Beberapa bulan lalu, kita pernah dikejutkan dengan postingan mahasiswi salah satu Universitas terkemuka di Yogyakarta, yang meluapkan kemarahannya di akun sosial media setelah insiden ‘Antri Pom Bensin’. Karena postingan pedasnya untuk warga Yogyakarta, mahasiswi tersebut mendapat sanksi sosial, bahkan harus berurusan dengan hukum.
Lepas dari kasus di atas, masih banyak mahasiswi yang melakukan hal serupa di media sosial. Contoh paling mudah, mengumpat para dosen di media sosial, lalu mendapat respon yang bervariasi dari teman-temannya, seolah hal seperti itu wajar dilakukan zaman sekarang.
Penggunaan teknologi informasi dengan buruk lainnya, adalah ketagihan media sosial sehingga malas belajar. 8 dari 10 mahasiswi, belajar sambil membuka media sosial untuk menengok coment dari postingannya.Facebook, twitter, instagram, path, dll seolah wadah terbuka untuk memproyeksikan diri (meng-upload foto/video) dan memposting apa pun tentang pikiran mereka. Hanya saja, banyak dari mereka yang terlalu aktif sehingga tidak memilah mana yang pantas dan tidak pantas untuk dipublikasikan. Seperti yang sedang marak saat ini. Selfie.
Mahasiswi lebih banyak melakukan selfie daripada mahasiswa. Tingkat keinginan pamer serta tampil sempurna untuk mendapat pujian, lebih banyak dimiliki wanita daripada pria. Fenomena ini, membuat para mahasiswi berlomba-lomba mempunyai foto tercantik untuk segera dipublish. Keasyikan itulah, membuat mahasiswi mengesampingkan belajar.
Tapi, tidakkah terlalu naif jika mengesampingkan para mahasiswi yang memang menggunakan teknologi informasi dengan baik? Seperti fungsi utamanya, mereka menggunakan teknologi informasi untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya yang tidak didapatkan di kelas, sebagai penunjang kreatifitas. Melalui media sosial mereka membuat komunitas belajar menambah wawasan. Dalam dunia pendidikan, belajar secara online bukan lagi hal yang heboh. Bahkan, banyak dosen memilih memposting tugas, materi, dan nilai ke internet daripada menyampaikannya di kelas. Di sinilah peran smartphone berfungsi dengan baik.
Maraknya Online shop tidak hanya sebagai alat bisnis mahasiswa/i, tapi sudah menjadi simbol identitas bagi mereka. Dari online shop, banyak mahasiswa/i yang meraih untung jutaan rupiah.Seperti yang dilansir ketua STMIK Amikom Prof M.Suyanto di kepatihan Yogyakarta, “Data pendapatan mahasiswa yang melakukan bisnis online selama setahun bisa mencapai Rp 1 triliun. Ini berdasarkan penelitian terhadap sejumlah mahasiswa terutama di STMIK AMIKOM. Data itu bisa diperoleh di kantor Pos Besar Yogyakarta, tempat mereka melakukan trasaksi pengiriman barang maupun uang